Minggu, 10 Desember 2017

Old but Not Bold [2] : Pramoedya Ananta Toer

Kembali pada ulasan Old but Not Bold, kali ini saya akan membahas tentang salah satu orang hebat asal Indonesia, yaitu Pramoedya Ananta Toer. Mungkin ada di antara pembaca disini yang belum mengenal siapa itu Pramoedya Ananta Toer?

Saya sendiri mendengar nama Pramoedya Ananta Toer saat duduk di bangku SMA kelas XII, kira-kira akhir tahun 2015. Saat itu guru Bahasa Indonesia yang sangat saya kagumi dan hormati, Bu Yayuk, sedang membahas Penghargaan Nobel, yaitu penghargaan yang diberikan kepada orang-orang hebat dan paling berpengaruh yang diadakan setiap tahun. Lalu guru saya bertanya, "Menurut kalian adakah orang Indonesia yang pernah mendapatkan penghargaan Nobel?"

Dengan yakin, saya menggelengkan kepala karena jika memang ada, tentu beritanya akan tersebar dan menjadi perbincangan dimana-mana, pikir saya.

Ternyata Parmoedya Ananta Toer adalah satu-satunya orang Indonesia yang hampir mendapatkan penghargaan Nobel karena karya-karyanya berhasil membuat pemuda Indonesia mendapatkan kembali semangat berperang untuk melawan Jepang. Disebut “hampir mendapatkan penghargaan” karena memang akhirnya pemerintah Indonesia tidak memperbolehkan Pram untuk mendapatkan penghargaan Nobel tersebut, karena sejarah kelam yang terjadi saat itu.

Dari cerita guru Bahasa Indonesia itu, saya merasa malu karena selama 17 tahun hidup, saya tidak pernah mendengar nama Pramoedya Ananta Toer, orang hebat yang dimiliki Indonesia. Lalu saya mulai menyelidiki tentang Pram di Internet dan mendapatkan infromasi bahwa salah satu novel karyanya berjudul “Gadis Pantai”, saya mengklaim diri saya sebagai pecinta novel tapi saya selalu mengabaikan buku “Gadis Pantai” yang selama ini ada di perpustakaan sekolah.

Sampai saat ini, saya hanya pernah membaca 2 novel karya Pram, Gadis Pantai dan Mereka Yang Dilumpuhkan. Sungguh novel yang sangat membuat jiwa terbakar. Novel karya Pram sendiri sangat dihargai di luar negeri. Contohnya di London, novel berjudul Bumi Manusia pernah dijadikan salah satu materi mata kuliah sastra bandingan di Queen Mary University of London, Inggris.

Satu hal yang membuat nama Pramoedya Ananta Toer menjadi besar adalah pemikiran-pemikirannya tentang nasionalisme, demokrasi, pluralisme, pendidikan, perempuan dan agama.  Secara garis besar, pemikiran Pram mengenai nasionalisme dikaitkan dengan bentuk Indonesia sebagai negara maritim dan otonomi daerah sebagai bentuk pemerintahannya. Sedangkan pemikirannya tentang demokrasi, Pram berhasil menerapkan kebebasan berpendapat dalam kalangan LEKRA yang bertentangan dengan kaum komunis.  Mengenai pemikiran pluralisme, Pram bersikap terbuka terhadap persoalan agama dan rasa tau etnis. Kemudian pemikirannya dalam pendidikan, ia mengkritik sistem pendidikan yang memposisikan guru subjek sekaligus objek yang mutlak di dalam kelas.  Untuk pemikirannya mengenai perempuan, Pram menunjukkan bagaimana ia memiliki perhatian yang besar terhadap kaum yang dianggapnya tangguh meski dalam kondisi tertindas.  Semua pemikiran-pemikirannya itu dituangkannya dalam bentuk karya tulis fiksi maupun non-fiksi.
Sejumlah karya fiksinya yang terkenal anatara lain: Sepuluh Kepala Nica (1946), Bukan Pasar Malam (1951), Midah Si Manis Bergigi Emas (1955), Mangir (2000), Jalan Daendeles dan lain-lain.  Sementara itu, karya puisinya diantaranya Antara Kita (Siasat) (1949), Anak Tumpah Darah Indonesia (1951) dan lain sebagainya.  Ada pula karya terjemahan (Tikus dan Manusia, Kembali pada Tjinta dan Kasihmu, Ibunda, dll) dan karya nonfiksi (Kronik Revolusi, Surat kepada Keith Foulcher, dll).

Karya-karya Pramoedya yang seluruhnya berjumlah sekitar 60-an buku telah diterjemahkan ke dalam sekitar 40 bahasa di seluruh dunia, termasuk bahasa Yunani, Rusia, Swedia, Spanyol, Vietnam, dan Ceko, tetapi ironisnya banyak di antaranya justru dilarang beredar di negeri sendiri.

Ciri khas karya-karyanya antara lain mengambil persoalan tema biografi seseorang, kebanyakan menguraikan persoalan sejarah, bertendensi pada kemanusiaan dan nilai-nilai humanis, dan menganut aliran realisme sosial.

Berikut adalah beberapa penghargaan yang pernah diraih Pram:
  • Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
  • Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
  • Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
  • Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
  • UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Perancis, 1996
  • Doctor of Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
  • Chancellor's distinguished Honor Award, "for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
  • Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999
  • New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
  • Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
  • The Norwegian Authors Union, 2004
  • Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004
  • Anggota Nederland Center, ketika masih di Pulau Buru, 1978
  • Anggota kehormatan seumur hidup dari International PEN Australia Center, 1982
  • Anggota kehormatan PEN Center, Swedia, 1982
  • Anggota kehormatan PEN American Center, AS, 1987
  • Deutschsweizeriches PEN member, Zentrum, Swiss, 1988
  • International PEN English Center Award, Inggris, 1992
  • International PEN Award Association of Writers Zentrum Deutschland, Jerman, 1999
Itulah sedikit biografi dari tokoh super yang pernah dimiliki Indonesia. Sangat tidak heran kenapa menjadi tokoh yang saya kagumi, bukan?

Daftar Pustaka :
Rifai, Muhammad. 2010. Pramoedya Ananta Toer: Biografi Singkat (1925-2006). Yogyakarta: Garasi House of Books. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar